Senin, 14 April 2014

Laporan Perancangan Metode Pelatihan



Tugas Kelompok 4 :

 A.    LATAR BELAKANG

Melestarikan lingkungan untuk hidup harmonis dengan alam. Demi mempromosikan pengurangan limbah dan memotivasi daur ulang tanpa memandang usia dan status sosial dan tanpa takut kotoran. Masalah dari perubahan lingkungan berdampak langsung dengan perilaku manusia, diantara masalah-masalah itu adalah masalah-masalah yang yang dihadapi baik sebagai individu, sebagai bangsa maupun sebagai spesies.
Belakangan ini, begitu banyak orang yang tidak peduli dan tidak sadar dengan lingkungannya, terlihat dari banyak sekali  sampah yang berserakan dan dibuang sembarangan, serta pemakaian bahan plastik atau bahan-bahan yang susah untuk diurai yang dapat menyebabkan global warming. Masyarakat begitu tidak peduli dengan apa yang akan trejadi jika mereka berbuat seperti itu, mereka tidak mementingkan bagaimana anak cucu mereka bisa hidup dengan keadaan lingkungan yang semakin hari semakin buruk. Padahal, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi global warming. Pelestarian lingkungan yang terkenal adalah prinsip 3R, Reduce (mengurangi penggunaan barang yang tidak diperlukan), Reuse (menggunakan kembali barang yang masih bisa digunakan), dan apabila kedua langkah tidak lagi bisa dilakukan barulah melakukan Recycle (daur ulang). Recyle membuat bahan atau benda yang susah diurai menjadi benda yang kembali berfungsi dan dapat digunakan kembali dalam kegiatan kita sehari-hari contohnya sumpit yang akan di daur ulang menjadi sebuah alas makan, bahan yang telah di daur ulang juga dapat menjadi salah satu sumber penghasilan ketika barang tersebut bisa terjual. Untuk recycle barang bekas juga tidak sulit hanya saja butuh kesadaran mengenai pentingnya kesejahteraan lingkungan dan meluangkan sedikit waktu dan energy untuk membuatnya.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai bahwa sampah seharusnya dikurangi, maka dari itu kelompok mengangkat tema pelatihan yakni pelestarian lingkungan dengan recycle sumpit menjadi alas makan.
Pelatihan sosialisasi merupakan penyampaian informasi dengan melipatgandakan pihak-pihak penerima pesan (receiver) yang dalam hal ini adalah publik, dimana publik yang terdiri dari banyak individu yang memiliki skala intelektualitas yang berbeda. Sebagai contoh, seseorang yang berpendidikan sekolah dasar dengan universitas tentu saja berbeda dalam menanggapi sosialisasi tentang informasi tertentu. Kegiatan sosialisasi merupakan proses komunikasi yang sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, yang menurut William G Scoot dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu :

        a.       The Act (Perbuatan)
        b.      The Scene (Adegan)
        c.       The Agent (Pelaku)
        d.      The Agency (Perantara)
        e.       The Purpose (Tujuan)

 B.     TUJUAN

Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah kelompok mengharapkan Masyarakat lebih peka dengan lingkungan dan bertambah pengetahuannya untuk melestarikan lingkungan.

C.    PESERTA PELATIHAN

Peserta/ Sasaran ketika Pelatihan :
  • Teman-teman dikelas Andragogi

D.    TARGET

Target perubahan (Perubahan perilaku yang diharapkan) :
  1. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan
  2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat untuk sadar lingkungan dengan 3R.

E.     ALAT & BAHAN

Alat yang digunakan :
  • Sumpit
  • Lem UHU 
  • Cat warna 
  • Pernis ( pengkilat )

 F.     PROSEDUR PELAKSANAAN

Prosedur pelaksanaan :
  1. Menggumpulkan sumpit bekas yang telah dicuci lalu sumpit direndam dengan pewangi agar sumpit tidak meninggalkan bau dari makanan, setelah bau sumpit hilang sumpit tersebut dijemur, setelah sumpit tersebut kering dan wangi, sumpit tersebut diberi pewarna dari cat lalu setelah warna merata di bagian badan sumpit, sumpit tersebut di jemur kembali agar warnanya menempel dengan bagus. 
  2. Susun sumpit menjadi dua dan di rekat dengan lem. Setelah terkumpul sususan sumpit yang berjumlah dua, kita susun sumpit tersebut menjadi tidak sejajar  diretkan dengan lem. Buat sepanjang yang kita inginkan. 

Jumat, 11 April 2014

PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA (BAB 3)


PENGANTAR

Proses belajar mengajar orang dewasa adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing. Proses ini disebut juga sebagai proses “menerima-memberi” dalam arti peserta didik menerima pelajaran dan pendidik memberi pelajaran. Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tidak tahu suatu hal menjadi tahu.

TAHAP PROSES BELAJAR

           1.       Motivasi

Motivasi adalah keinginan untuk mencapai sesuatu hal. Sedangkan motivasi jangka pendek berupa minat untuk belajar pada saat itu, dan motivasi jangka panjang dapat berupa keinginan mendapat nilai ujian yang baik, keinginan berprestasi, dan sebagainya.

           2.      Perhatian pada pelajaran

Dilihat dari sudut pandang psikologi, penarik perhatian seseorang mempunyai ciri-ciri: 1) gerakan, 2) stimuli yang intensif, 3) baru, dan 4) pengulangan. Selanjutnya faktor-faktor situasional yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah: 1) daya tarik fisik, 2) hadiah atau pujian, 3) keakraban, 4) kedekatan, dan 5) kemampuan.

           3.       Menerima dan mengingat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses menerima dan mengingat, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran dan interverensi.
Struktur ð deretan angka 12345 akan lebih mudah diterima dan diingat daripada deretan angka 32451.
Makna ð jika suatu pelajaran ada hubungannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, maka pelajaran itu akan lebih bermakna dan akan lebih mudah diterima dan diingat.
Pengulangan ð pengulangan suatu pelajaran akan meningkatkan daya ingat peserta didik. Pendidik dapat mengulangi lagi secara garis besar pada pelajaran berikutnya, atau dapat meminta peserta didik untuk mengulangi pokok-pokokpelajaran kepada teman-temannya.
Interverensi ð interverensi adalah kekalutan dalam pikiran seseorang yang sedang belajar akibat terlalu banyak menerima pelajaran sehingga pelajaran tersebut menjadi berdesak-desakan dalam pikirannya. Interverensi dapat dicegah oleh pendidik dengan: 1) memberikan tidak terlalu banyak bahan pelajaran, 2) menjelaskan struktur pelajaran, 3) memberikan istirahat singkat, 4) menggambarkan bagan, 5) memberikan bahan tertulis. Makin sedikit kekalutan yang terjadi, akan makin baik bagi proses belajar.

            4.      Reproduksi

Agar peserta didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pelajaran dengan cara yang mengesankan. Informasi yang makin mengesankan, makin mudah diproduksi, suatu informasi akan lebih mengesankan, jika informasi itu: a) jelas strukturnya, b) jelas garis arahnya, c) diberikan dengan cara yang menyentuh perasaan, dengan contoh-contoh nyata, dengan menggunakan alat peraga, dengan gurauan yang segar, serta dengan cara-cara lain yang menarik perhatian.

           5.      Generalisasi

Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.

           6.       Menerapkan Apa Yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik

Untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Selanjutnya, pendidik memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan begitu peserta didik dapat mengetahui seberapa jauh ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR

            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang dewasa ketika dia berada dalam situasi belajar. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor internal dan eksternal. Faktor internal fisik mencakup ciri-ciri pribadi seperti umur, pendengaran, dan pengelihatan. Faktor internal non fisik atau psikologis mencakup tingkat aspirasi, bakat, dll.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik atau lingkungan.

CIRI-CIRI BELAJAR ORANG DEWASA

            Cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak-anak. Oleh karena itu, proses pembelajarannya harus memperhatikan ciri-ciri belajar orang dewasa, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
          1.       memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan, dan nilai-nilai
          2.      memungkinkan terjadi komunikasi timbal balik
          3.       suasana belajar yang diharapkan adalah suasana yang menyenangkan dan menantang
          4.      mengutamakan peran peserta didik
          5.      orang dewasa belajar ingin mengetahui kelebihan dan kekurangannya
          6.       orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata
          7.      motivasi berasal dari dirinya sendiri
          8.      orang dewasa umumnya mempunyai pendapat yang berbeda
          9.      orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam
10.  kemungkinan terjadinya berbagai cara belajar

SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF

       Berikut ini adalah suasana belajar yang dianjurkan oleh Lunandi (1982):
1. Kumpulan manusia aktif
2. Suasana saling menghormati
3. Suasana saling menghargai
4. Suasana mengakui kekhasan pribadi
5. Suasana penemuan diri
6. Suasana tidak mengancam
7. Suasana keterbukaan

FUNGSI PENDIDIK

1. penyebar pengetahuan
2. pelatih keterampilan
3. perancang pengalaman belajar
4. pelancar proses belajar
5. sumber belajar
6. pemimpin kegiatan belajar mengajar
7. penjelas tujuan belajar
8. tutor simulasi
9. fasilitator Kejar

SIKAP PENDIDIK

       Sikap pendidik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. bekerjasama dengan suasana hati awal yang menyenangkan
2. tenggang rasa (empati)
3. wajar (jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, dan terbuka)
4. respek, mempunyai pendangan positif kepada peserta didik
5. komitmen terhadap kehadiran, bersedia menghadirkan diri secara penuh
6. mengakui kehadiran dan menghargai peserta didik
7. membuka diri
8. tidak menjadi ahli, menjawab setiap pertanyaan seolah-seolah menjadi ahli dalam segala hal
9. tidak diskriminatif
10. Suka membantu, periang, humoris, akrab, menunjukkan perhatian
11. membangkitkan keinginan belajar
12. tegas, menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat
13. tidak memotong bicara dan menanggapi pertanyaan/komentar dengan tidak emosi
14. tidak suka mengomel, mencela, mengejek, dan menyindir.
15. menerima gagasan yang mungkin bertentangan dengan harapan yang diinginkan
16. memberi dorongan peserta didik dalam mengembangkan pribadinya
17. mampu mengorganisasikan kelompok belajar
18. menumbuhkan prakarsa dan meningkatkan partisipasi peserta didik
19. menerima keterbatasan diri

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP DAN FUNGSI PENDIDIK

1. Karakteristik Program Pendidikan
Tujuan dan Rancangan Pendidikan. Tujuan dan rancangan pendidikan sangat mempengaruhi sikap dan fungsi pendidik. Jika tujuannya akan menyampaikan pengetahuan baru, fungsi pendidik lebih sebagai penceramah, sedangkan jika tujuannya ingin peningkatan efektifitas kerja sama dalam organisasi, fungsi pembimbing lebih sebagai konsultan.

Lama Pendidikan. Pada program yang lebih lam (misalnya 1 atau 2 minggu), pendidik dapat menggunakan metode yang menggunakan metode analisis dalam seperti permainan peran (role play), diskusi kelompok, atau studi kasus.

Harapan Penyelenggara. Pendidikan orang dewasa dapat diselenggarakan oleh berbagai organisasi. Harapan dan tujuan dari lembaga penyelenggara ini harus diperhatikan sehingga pendidik dapat menentukan gaya, fungsi dan sikapnya dalam proses belajar mengajar.

2. Karakteristik Peserta Didik
Komposisi peserta didik. Contoh: mengahadapi peserta didik yang mempunyai status sosial yang tinggi, lebih tua umurnya, lebih rendah tingkat pendidikannya, lebih lambat belajarnya, atau lebih pendiam sifatnya, pendidik harus lebih bersabar.

Harapan peserta didik. Peserta didik biasanya berharap dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dll. Pendidik sebaiknya mengetahui apa yang menjadi harapan peserta didik. Harapan peserta didik terkadang terlalu tinggi sehingga kurang proporsional. Oleh karena itu pendidik perlu mendudukkan harapan itu sesuai dengan kewajaran dan menjelaskan kepada peserta didik.

3. Karakteristik Pendidik
Profesi Pendidik. Pendidik sebagai pribadi mempunyai latar belakang profesi, hobi, pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan tertentu. Hal itu semua akan menentukan sikap pendidik. Dengan memperhatikan metode dan prinsip pendidikan orang dewasa, pendidik akan mampu mengubah gaya dan fokus perhatiannya.

Keadaan Pendidik. Keadaan pendidik seperti kecapaian, kekhawatiran, kemarahan dan kebingungan akan dapat memengaruhi aktivitas dalam memberikan didikan atau bimbingan. Oleh karena itu perlu dihindari mendidik kelompok belajar langsung setiba dari perjalanan. Disamping itu diperlukan kemampuan untuk melupakan persoalan diluar kelas yang menganggu pikirannya selama mendidik (membimbing).


Sumber : Suprijanto. 2005. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta, Bumi Aksara.

PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (BAB 2)


PENGERTIAN ANDRAGOGI

Andragogi (Andragogy) berasal dari kata Yunani "andr" atau "aner" yang berarti orang dewasa, dan agogi (agogy) yang juga berasal dari kata Yunani "agogus" berarti "memimpin/membimbing". Agogi berarti "aktivitas memimpin/membimbing" atau "seni dan ilmu mempengaruhi orang lain".
Definisi Pendidikan Orang Dewasa menurut UNESCO adalah : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan, metodenya, baik formal, atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi, universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh masyarakat, mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.

HUKUM BELAJAR

Hukum belajar terdiri dari beberapa unsur, yaitu :
  1. Keinginan belajar 
Keinginan belajar merupakan hal yang sangat penting yang dapat meningkatkan efektifitas belajar,. Keinginan belajar dapat timbul karena rasa tertarik yang mendalam terhadap suatu objek. Oleh karena itu, peserta didik perlu mempunyai keinginan belajar jika ingin berhasil. Tanpa keinginan belajar, rasanya peserta didik sulit dapat berhasil.
  1. Pengertian terhadap tugas
Peserta didik harus memperoleh pengertian yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ia harus mengetahui apa yang perlu dibaca, apa yang perlu dicatat, dan apa yang perlu dilakukan agar dipelajarinya “memberi makan anak dirumah”. Dalam hal ini aktivitas yang mengikutsertakan penalaran, pertimbangan dan berpikir kreatif merupakan latihan yang baik bagi orang dewasa.
  1. Hukum asosiasi
Belajar dengan menghubugkan ide atau fakta dengan ide atau fakta lain cenderung dapat menhasilkan ingatan yang lebih permanen daripada apabila tidak mengubungkannya. Belajar dengan menghubungkan tersebut adalah salah satu ciri kelebihan orang dewasa dibanding anak-anak, sebab orang dewasa lebih banyak mempunyai banyak stok ide atau informasi yang dapat menarik pelajaran baru. Ciri penting hukum asosiasi adalah bahwa ide atau pengalaman baru akan menimbulkan emosi, jika dihubungkan dengan ide atau pengalaman nyata sebelumnya. Hal ini akan sangat berguna untuk meningkatkan semangat.
  1. Minat, keuletan, dan intensitas
Penelitian telah membuktikan bahwa minat atau rasa tertarik, keulatan atau kegigihan, dan intensitas sangat berpengaruh dalam meningkatkan keberhasilan belajar, dan hal ini telah diterapkan baik bagi orang dewasa maupun pada anak-anak.
Keuletan dan intensitas dari suatu pengalaman mempunyai pengaruh yang membekas pada ingatan. Jika mina tinggi, peserta didik akan merasa terikat dengan tugasnya, memberikan perhatian yang besar terhadap apa yang dia kerjakan dan menikmati pekerjaannya.
  1. Ketetapan hati
Ketetapan hati sangat menentukan apakah seseorang akan tetap melanjutkan aktivitasnya atau tidak sama sekali. Sedangkan prasangka, kecurigaan, dan ketertutupan semuanya akan menghambat proses belajar yang efektif. Seorang peserta didik harusnya mempunyai ketetapan hati, yakni kesediaan untuk menerima ide-ide baru walaupun mungkin ia tidak ingin menerapkannya. Sebagian besar orang yang mendaftar dalam pedidikan orang dewasa mempenyai keinginan untuk mencoba ide baru, menerima atas dasar manfaat yang akan diperolehnya.

MENGEMBANGKAN SIKAP, IDEALISME, & MINAT  

     1.       Sikap
Istilah sikap disini berarti perasaan orang terhadap orang lain, ide, lembaga, fakta, dan lainnya. Pendidik yang ahli akan segera mengenal bahwa pengembangan sikap tidak dapat diremehkan begitu saja. Kualitas emosional ini idak timbul dengan sendirinnya ketika pembimbing memberikan informasi sekadarnya. Pengemnagan sikap ini harus dimasukkan kedalam tujuan khusus yang ada dalam setiap unit pengajran dan perencanaan, yang jelas harus direncanakan dengan baik sehingga tujuan khusus yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai. Hal ini dapat dikerjakan melalui:
a.       Seleksi materi
b.      Metode mengajar yang digunakan
c.       Aktiviras yang harus dilakukan oleh peserta
d.      Perlengkapan dan alat yang tersedia
     2.       Idealisme
Idealisme adalah suatu standar kesempurnaan yang diterima oleh individu atau kelompok. Idealisme cenderung bersifat subjektif, tetapi nyata san sangat penting dalam pendidikan anak-anak maupun orang dewasa.
Idealisme yang sangat perlu ditanamkan pada generasi muda Indonesia adalah kejujuran, kedisiplinan, etos kerja, dan kebersihan yang dirasa masih belum diresapi sepenuhnya.
     3.       Minat
Minat merupakan keinginan yang datang dari hati nurani untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Makin besar minatnya, makin besar semangat dan makin besar hasil kerjanya. Minat yang bersifat sementara akan mempertahankan perhatian dan mendorong keaktifan orang dewasa lebih banyak. Minat yang permanen merupakan merupakan hasil yang paling bernilai dalam semua pendidikan.
Berikut ini adalah cara-cara untuk mengembangkan minat sementara maupun minat permanen:
      a.       Pembimbing atau pendidik harus menunjukkan antusias yang tulus untu menyukseskan kursus dan kegiatan pendidikan lain
      b.      Peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengetahui secara jelas melalui jalan pikirannya sendiri tentang subjek yang dipelajari
      c.       Peserta didik harus memperoleh pengetahuan pokok yang berhubungan dengan topik yang dipelajari dan harus mempunyai pengertian yang jelas mengenai hubungan antara topik dengan pengetahuan utama utama tersebut.
      d.      Pengetahuan yang terkait tersebut harus dibiarkan berkembang selam kursus
      e.       Rasa tertarik yang tinggi harus terus dipertahankan disetiap pertemuan kelompok
      f.        Pendidik harus membantu peserta didik untuk mengukur kemajuan mereka sendiri
      g.       Pendidik harus menunjukkan rasa senagn terlibat dalam proses belajar bersama peserta didik daripada menonjolkan pendapatan pribadinya
      h.      Suasana belajar pada setiap pertemuan harus akrab, gembira, senag, sopan, dan demokratis.

Sumber : Suprijanto. 2005. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta, Bumi Aksara.
 

Hello Kitty 59